KEBUDAYAAN LOKAL TERPINGGIRKAN DAN TERANCAM PUNAH ,FPK LAMPUNG TIMUR AJUKAN RAPERDA PELESTARIAN DAN PEMAJUAN KEBUDAYAAN LAMPUNG -->

Postingan Populer

Cari Blog Ini

Translate

RESOLUSITV

RESOLUSITV
AKURAT DAN TERPECAYA

ENTRI YANG DI UNGGULKAN

Oknum Polres Bitung Diduga Terlibat sebagai Penadah Kapal Ikan Berdokumen Palsu

Jakarta | Resolusitv.com Seorang oknum polisi yang berdinas di Polres Bitung Sulawesi Utara, yang disebut-sebut bernama Roy Husain, diduga k...

KEBUDAYAAN LOKAL TERPINGGIRKAN DAN TERANCAM PUNAH ,FPK LAMPUNG TIMUR AJUKAN RAPERDA PELESTARIAN DAN PEMAJUAN KEBUDAYAAN LAMPUNG

RESOLUSITV
Kamis, Juni 23, 2022




Lampung Timur|Resolusitv.com

Komisi IV DPRD Lampung Timur menerima audiensi Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kabupaten Lampung Timur, di ruang kerja komisi IV DPRD Lampung Timur, pada Selasa (21/6).

Audiensi diterima oleh Supriyono, S.Ag selaku Ketua Komisi IV  DPRD Lampung Timur dan anggota Komisi IV lainnya yaitu Made Tangkas Budhawan, Purwianto, Antonius dan Siti Bariyah.

Supriyono dalam sambutannya mengatakan bahwa DPRD saat ini sedang membahas tentang Raperda Pelestarian Cagar Budaya Lampung.

 "apakah nanti Raperda yang akan diajukan senafas dengan itu maka silahkan disampaikan". Tutur Supriyono

Menyambut itu Sopiyan Subing selaku ketua FPK Lampung Timur mengatakan bahwa kita harus selalu ingat bahwa pondasi atau cikal bakal adanya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini adalah kesepakatan Suku dan Etnis yang puncaknya terjadi pada Sumpah Pemuda yang terjadi 17 tahun sebelum deklarasi kemerdekaan RI.

Lalu apa yang menjadi kekuatan Etnis dan Suku sehingga menjadi pondasi bangsa yang dirangkai dalam falsafah bangsa yaitu Bhenika Tunggal Ika adalah adat dan budaya, mestinya adat budaya itu selalu mencerminkan adat dan budaya itu, dimana masing-masing daerah memiliki ciri khas senidiri.

"Coba lihat daerah yang maju dan menarik perhatian baik lokal maupun dunia adalah yang mampu mempertahankan kebudayaannya dan memberdayakan kebudayaannya dalam proses pembangunan maka Raja Kerajaan Saudi Arabia (KSA) Raja Salman memilih berlibur ke Bali dari pada ke Aceh yang dikenal dengan julukan Serambi Mekah, tidak ada pembangunan modern di Indonesia yang begitu menarik bagi turis manca negara, kunjungan ke Monas kalah dengan kunjungan turis asing ke suasana tradisional di Keraton Jogja bahkan kehidupan Suku Baduy menggema ke Manca Negara". Papar Sopiyan Subing pada saat audiensi dan saat diwawancarai usai audiensi

"Coba lihat Kabupaten Ponorogo yang bangga dengan kearifan lokalnya berupa Barong Reog sehingga apapun ruang publiknya baik gerbang selamat datang, gereja, pesantren, pasar, kantor-kantor pemerintah semua ada simbolnya lalu apakah di Lampung Timur bangga dengan siger lekuk sembilannya masyarakat Adat Pepadun, siger lekuk tujuh Sai Batin, Siger lekuk tujuh Keratuan Melinting, Siger lekuk lima Marga Sekampung Limo Migo, ditataran Konsep pun tidak ada maka inilah alasan kami mengajukan Raperda ini". Tandas Sopiyan Subing

 Tidak tidak diperhatikannya kearifan lokal sehingga Bumi Lampung Timur yang kaya akan kearifan lokal ini tak nampak seperti bukam Bumi Lampung tapi rasa-rasa daerah lain, orang lokal menjadi orang asing dinegerinya sendiri, tapi saat ini tak perlu membuat penilaian salah benar apalagi mencari kambing hitam tapi mari berbenah kedepan karena hal ini juga tidak kalah penting dari membangun infrastruktur jalan yang rusak.

"Faktor Eksternal Suku Lampung itu minoritas baik dalam jumlah orang maupun wilayah yang ditempati, sementara faktor internal adanya trend pelaku adat budaya itu hanya untuk dikalangan tertentu, ada kalangan elit ada kalangan rendah tapi belum ada yg bicara tentang kepentingan bersama, menjaga adat dan budaya itu secara ekstrim dalam artian tidak boleh berubah dulu mereka asal usulnya dari sini kenapa sekarang sudah begini, belum nampak adanya upaya bahwa adat budaya itu harus menjadi spirit, pondasi penentu bentuk dan warna dalam pembangunan, bahwa adat budaya harus berkembang mengawal perkembangan zaman baik dari pemerintah dan masyarakat adat itu sendiri, belum ada literasi supaya generasi penerus dengan mudah untuk mengetahui tentang adat dan budaya serta banyaknya perbedaan dalam berbahasa juga menjadi tantangan dalam pelestarian". Jelas Sopiyan Subing

"Kalau pembauran skala individu tidak ada masalah, contoh ada Kafe dibangun dipemukiman orang Lampung namanya Cafe Kulo yang ini adalah bahasa Jawa, ada kawan di Way Jepara mau buat merk usaha nama Ikam yang berarti saya dalam bahasa Lampung". Tambah Sopiyan Subing.
(Sofyan)