Tri Tangtu Sundabuana
Prabu Siliwangi, Raja dari tanah Pasundan, Kerajaan Pajajaran yang terkenal arif, bijaksana dan tak membedakan kasta itu, sungguh patut menjadi panutan. Begitulah Eko Sriyanto Galgendu yang percaya pada kemiripan dirinya yang memiliki simbol 'Tri Tangtu Sundabuwana', yaitu tahi lalat dalam formasi segi tiga di wajah, sehingga dia pun yakin mempunyai titisan darah dari Prabu Pajajaran yang maha bijak dan dakhsyat itu.
Sebagai tokoh spiritual, Eko Sriyanto Galgendu jelas kelahiran Surakarta 18 Juli 54 tahun silam. Jika dia memiliki kedekatan khusus dengan para Raja dan Ratu tidak hanya sebatas Sri Susuhunan Paku Buwono XII, wajar bila hampir seluruh Raja dan Ratu serta Sultan di nusantara seperti Yang Mulia Sultan Mudhafarsyah dari Ternate, tampak akrab dengannya termasuk Ratu Boki, sang permaisuri Sultan.
Uniknya memang, Ketua Umum GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) yang memegang amanah langsung dari Gus Dur dan Susuhunan Paku Buwono XII serta sejumlah tokoh dan pemuka agama-agama ini pun memiliki kemampuan bahasa bumi. Dia memang merasa dimampukan juga mendapatkan ilmu para Raja dan Sultan, hingga semakin meyakini dirinya memiliki titisan darah Sang Prabu Siliwangi dari tanah Pasundan yang maha arif serta bijaksana itu.
Sebagai sosok yang ikut menggagas GMRI sekaligus menjadi motor penggerak kebangkitan kesadaran spiritual untuk bangsa Indonesia, dia pun tidak cuma dipercaya untuk menjaga dan melanjutkan cita-cita para tokoh itu sebagai amanah yang tertulis dalam akte secara resmi tanpa pernah riuh jadi pembicaraan banyak orang. Tapi juga dipercaya sebagai Ketua Umum GMRI. "Jadi saya juga menjadi Ketua Pendiri GMRI sejalugus punya anggota seperti Gus Dur dan Susuhunan PB XII" kata Eko Sriyanto Galgendu, tersenyum simpul persis seperti mantan Presiden RI ke tiga yang jenial dan konstraversial itu.
Karenanya, laku dari filisilofis Jawa -- sepi ing pamrih, rame ing gawe -- sangat terkesan dari sikap yang dimiliki pula oleh Sri Eko Galgendi seperti yang dimiliki pula oleh Susuhunan Paku Buwono XII. Dan Eko Sriyanto Galgendu mengaku lega lila untuk meneruskan apa yang hendak digapai oleh GMRI sejak belasan tahun silam sebagai bagian dari amanah.
Atas dasar itu, Eko Sriyanto Galgendu percaya -- setelah bersabar menanti saatnta yang tepat beberapa tahun lamanya -- setelah tirakat keliling Jawa dari ujung timur sampai ke Ujung Kulon -- kini saatnya gerakan kebangkitan kesadaran spiritual bangsa Indonesia telah menemukan momentumnya untuk bangkit dan menjadi penerang jagat, tak hanya Indonesia tapi juga cahaya -- mercu suar -- dunia bagi bangsa Indonesia untuk menerangi jagat. Pada gilirannya Indonesia akan menjadi pusat kebangkitan spiritual dunia. Karena memang, kata Eko Sriyanto Galgendu yang juga terbilang sukses sebagai pengusaha kuliner khas Solo seperti Soto Gubeng dan Ayam Ancur di bilangan elit lingkaran satu kawasan Juanda Jakarta Pusat, yakin bahwa Candi Borobudur akan menjadi titik pusat budaya segenap bangsa di dunia.
Demikian ungkap Eko Sriyanto Galgendi yang memiliki taste pengusaha yang ia warisi dari sang Kakek sebagai pengusaha transportasi yang sukses sejak awal kemerdekaan sampai era tahun 1980-an di kota kelahirannya, Solo.
Kemampuan Eko Sriyanto Galgendu berbahasa bumi dan membaca ayat bumi dia akui diperoleh seperti mendapat ilmu Raja-raja dan Sultan itu seperti datang begitu saja jauh sebelum dirinya aktif mengamalkan laku spiritual yang ditekuninya sampai sekarang. Meski begitu, dia tidak pula menampik pengetahuan dan kemampuan yang istimewa itu bisa jadi berasal dari pergaulan yang intens dengan para tokoh dan raja-raja se nusantara, hingga kemudian dapat dipercaya untuk memegang
amanah khusus dan sekaligus dipercaya untuk menjabat Ketua Umum GMRI guna membumikan gerakan kebangkitan kesadaran spiritual seperti yang dicita-citakan Gus Dur bersama Susuhunan Paku Buwono XII serta para tokoh lintas agama yang ada di Indobesia.
Kepedulian dan perhatian Eko Sriyanto Gakgendu pun pada rakyat kecil sungguh luar biasa -- utamanya bagi kaum pedagang -- yang dia implentasilan juga lewat Kadin Indonesia dengan menjabat Wakil Ketua Umum yang membidangi Perencanaan dan Kerjasama Strategis Antar Lembaga. Meski terbilang sibuk, toh usaha kuliner yang dikelolanya terus melesat hingga memiliki hampir duapuluh armada mobil yang dikreasi menjadi rumah makan agar bisa bebas manuver untuk bergerak dimana yang memerlukannya. Armada mobil rumah makan kreasinta itu bisa dijumpai di sejumlah penjuru ibukota. Karena itu pula, meski dihajar oleh pandemi Covid-19 sampai varian delta sekarang, usaha kulinernya tetap bertahan untuk tidak mem-PHK karyawan yang ada. Sebab menurut Eko Sriyanto Galgendu, lebih baik dia menjual asset daripada harus merumahkan para karyawannya itu, saat berbincang santai dengannya pada suatu kesempatan. Karena sikap dan sifat keberpihakan pada rakyat kecil ini menurut dia merupakan bagian dari laku spiritual juga.
(Tim)
Banten, 15 Agustus